koran.my.id.CO.ID – JAKARTA
Perang tariff yang dipicu oleh Presiden AS Donald Trump mengguncangkan perekonomian dunia secara keseluruhan. Hal ini dapat mempengaruhi banyak bidang, termasuk industri konstruksi.
Terlebih lagi, fluktuasi nilai tukar rupiah terus menurun dan hampir mencapai angka Rp 17.000 untuk satu dolar AS. Pada hari Rabu (9/4), rupiah spot tetap stabil di posisi Rp 16.873 per dolar AS. Sementara itu, tingkat Jisdor Bank Indonesia juga tidak banyak bergeser dan bertahan di kisaran Rp 16.943 per dolar AS.
Perusahaan jasa konstruksi juga telah memulai langkah-langkah untuk mengurangi pengaruh dari ketidakstabilan ekonomi serta penurunan nilai tukar rupiah. Sekretaris Perusahaan di PT Adhi Karya Tbk (
ADHI
Rozi Sparta menggarisbawahi dua efek yang menjadi fokus perusahaan konstruksi tersebut.
Pertama
Pengaruh perekonomian dunia terhadap dalam negeri memiliki risiko untuk menghasilkanperlambatan pertumbuhan. Kondisi tersebut dapat mempengaruhi suasana investasi dan hal itu mungkin menyebabkan penurunan laju perkembangan di sektor infrastruktur maupun konstruksi.
Kedua
pengaruh dari perang tarif yang sedang berlangsung dapat mengganggu jaringan suplai global (
supply chain
), khususnya beberapa jenis bahan material yang diimpor dari negara lain.
Rozi menyebutkan bahwa ADHI masih dalam proses memahami kemungkinan kenaikan harga bahan baku dan tetap menjalin komunikasi dengan para penyedia utama mengenai perkembangan terbaru tersebut.
Catatan Rozi, ADHI tidak mengalami paparan langsung dari kenaikan nilai tukar dolar AS sebab kebanyakan aktivitas penyediaan jasa serta instrumen pembiayaan mereka berlangsung dalam mata uang rupiah.
“Mengenai perkembangan yang ada, terdapat kemungkinan untuk diambil langkah lebih lanjut melalui klaim atau peningkatan tingkat keluhan. Akan tetapi, hal ini harus dipertimbangkan dengan hati-hati lagi dan didasarkan pada ketentuan kontrak serta kesepakatan bersama,” jelas Rozi saat berbicara dengan koran.my.id.co.id, Rabu (9/4).
PT Wijaya Karya Tbk (
WIKA
Dia juga tengah mengevaluasi sejauh mana pengaruh dari perubahan ekonomi terkini. Menurut Sekretaris Perusahaan Wijaya Karya, Mahendra Vijaya, proporsionalitas pasokan barang yang diimpor oleh WIKA baru mencapai kurang dari 10 persen.
Walau jarang mengimpor bahan-material, apabila suatu saat sumber daya dalam negeri terpengaruh, hal tersebut pun dapat memengaruhi WIKA.
“Ini pastinya akan berpengaruh pada industri konstruksi. Akan tetapi, sejauh mana pengaruhnya, kita saat ini tengah mengkaji hal tersebut,” jelas Wijaya.
Executive Vice President Sekretaris Perusahaan di PT Hutama Karya Adjib Al Hakim menyatakan bahwa mereka telah menetapkan berbagai strategi untuk melindungi keuntungan perusahaan. Salah satunya adalah dengan lebih mendukung penggunaan sumber daya lokal dan juga melakukan peninjauan kembali pada sistem pendanaan proyek-proyek yang ada.
Prioritas utama sekarang adalah menjamin bahwa proyek-proyek strategis tetap berlangsung sesuai dengan sasaran yang ditetapkan. Hutama Karya percaya diri dalam mengatasi hambatan ekonomi global tanpa harus merugikan mutu atau tenggat waktu pengerjaannya, ungkap Adjid.
Sekretaris Perusahaan di PT PP Tbk (صند
PTPP
Joko Raharjo menyatakan bahwa hingga saat ini biaya proyek yang masih berlangsung belum mengalami dampak apapun. Menurut Joko, PTPP tidak memiliki keterkaitan langsung dengan aktivitas eksport-impor guna memperoleh bahan mentah untuk konstruksinya.
PTPP melakukan
strategic partnership
Dengan pemasoknya agar bisa menstabilkan harga yang sering berfluktuasi. Melalui pendekatan tersebut, PTPP menyepakati harga secara jangka panjang bersama pemasok, di mana adanya batasan kenaikan tarif serta penyesuaian yang telah disetujui bersama-sama.
Bukan hanya Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang konstruksi, perusahaan swasta penyedia jasa bangunan pun sudah mulai waspada. Sekretaris Perusahaan dari PT Total Bangun Persada Tbk (
TOTL
Anggie S. Sidharta mengatakan bahwa hingga saat ini penurunan nilai tukar rupiah belum memberikan dampak langsung pada proyek-proyek yang sedang berlangsung.
Meskipun demikian, apabila dibutuhkan, TOTL tidak menolak peluang untuk mengadakan modifikasi pada perjanjian kontrak. “Bila terdapat kebutuhan akan penyempurnaan maka hal tersebut pasti akan ditinjau dengan seksama.”
case-by-case
“sesuai dengan setiap kontrak yang berlaku,” jelas Anggie.
Untuk menghadapi perubahan dalam situasi ekonomi yang ada, TOTL menerapkan beberapa taktik guna memelihara performanya. Hal tersebut meliputi pemeliharan posisi keuangan secara positif, peningkatan efisiensinya serta pengoptimalan proses kerja dan beban biaya operasional demi kelangsungan usaha.